Wednesday, 1 May 2013

Merpati Hias Jacobin: Bisnis Cerah, Dibalik Bulu Indah

Siapa saja bakal jatuh hati melihat merpati hias ini. Bagaimana tidak, bulu-bulunya yang ada di leher merpati ini berumbai indah, seperti seorang model yang tengah tampil membawakan fashion terkini. Merpati hias yang dijuluki Jacobin ini, memang menjadi alternative pilihan bagi pecinta burung hias. Lantas, dari segi bisnis apakah bisnis ini memiliki nilai ekonomi tinggi?

Keunikan burung ini banyak diburu oleh para kolektor merpati hias. Bahkan, kepemilikan burung Jacobin juga menjadi pendongkrak prestisius sang pemilik. Sama seperti burung dara lainnya, Jacobin ini juga cukup mudah dalam hal perawatan hingga budidayanya. Peminat burung ini pun dari hari ke hari makin bertambah. Hal inilah yang membuat prospek bisnis budidaya burung merpati hias, jenis Jacobin ini cukup bagus.

Istilah Jacobin sendiri, sebenarnya mengacu pada topi yang dikenakan pendeta Jacobin. Karena jika dilihat dengan seksama, merpati hias Jacobin ini memiliki bulu-bulu yang menyerupai payung yang naik ke atas menyembunyikan kepala burung. Untuk jenis Jacobin sendiri juga macam-macam, konon yang paling bagu dan istimewa kualitasnya, adalah Jacobin grade A, dimana bulu-bulunya sangat halus, lembut, dan panjang terurai. “Jenis Jacobin grade A inilah yang memiliki harga sangat bagus di pasar,” ungkap Bambang, salah satu peternah burung merpati hias, asal Dolopo.

Jacobin sangat cocok dibudidakan di Indonesia, karena merpati hias ini termasuk mudah dalam perawatan. Untuk pakan, Bambang biasanya hanya memberikan jagung dan karak, sesekali diselingi beras merah. Dan, yang paling penting selalu disediakan air bersih untuk minum di kandang yang diganti setiap hari. Agar telurnya selalu berhasil dalam penetasan, jangan memberikan bekam atau jerami di rumah-rumahan Jacobin tempat dia bertelur, melainkan dikasih pasir kering. Pasir ini juga kadang sebagai pakan burung dalam membantu proses pencernaan.

Sistem ternak untuk burung merpati Jacobin ini ada tiga macam, yaitu yang pertama adalah system umbaran. System umbaran kurang cocok dilakukan untuk merpati hias seperti Jacobin. Kedua, system beaterry, yaitu dalam satu kandang diisi hanya sepasang Jacobin. Namun, umumnya system ini juga jarang dipakai, karena biaya pembuatan dan perawatan yang mahal. Dan, yang terakhir, atau yang ketiga adalah system koloni. Umumnya untuk budidaya Jacobin adalah menggunakan system koloni, dimana sebuah kandang besar, diisi oleh beberapa pasang Jacobin.

Bambang sendiri menggunakan system koloni untuk menangkarkan merpati Jacobin ini. Menurut Bambang, system Koloni mampu menekan biaya pemeliharaan dan efektif dalam memberi pakan. Meskipun system koloni kurang bagus dari segi kesehatan, namun Bambang punya trik sendiri agar merpati jacobin miliknya tidak gampang sakit, yaitu dengan menjaga kebersihan kandang, juga melakukan penyemprotan obat anti hama.

Untuk harga anakan Jacobin yang sudah lepas sapih, sepasang bisa mencapai harga Rp 500 ribu hingga Rp 1 Jutaan. Pasar merpati hias saat ini masih begitu baik, karena beberapa masyarakat masih menganggap bahwa memelihara merpati hias selain untuk klangenan, juga mampu menambah nilai prestisius. Bambang sangat yakin, prospek merpati hias masih mampu bertahan hingga tahun-tahun mendatang.

sumber http://wartawirausaha.com/2013/02/merpati-hias-jacobin-bisnis-cerah-dibalik-bulu-indah/