Saturday 1 October 2016

Situs Condrogeni

Nganjuk-ngliman
Mencari informasi tentang Situs Condrogeni memang membutuhkan upaya yang lebih. Mbah Google yang biasanya menjadi rujukan utama segala kekurangan informasi pun tak banyak memberikan referensi. Nama Condrogeni banyak dikaitkan dengan seorang patih dari Kerajaan Ngatas Angin, Raden Bagus Condrogeni. Kerajaan Ngatas Angin sendiri dipimpin oleh Raden Condromowo yang kemudian bergelarRaden Ngabei Selopurwoto. Raden Condromowo adalah Paman dari Raja Majapahit, Hayam Wuruk. Konon, Hayam Wuruk memerintahkan Raden Condromowo untuk membangun sebuah Candi yang sekarang kita kenal dengan Candi Ngetos. Situs Condrogeni sendiri dipercaya sebagai penanda wilayah kepatihan Raden Bagus Condrogeni. Letaknya sekitar 15 km dari Candi Ngetos.Situs Condrogeni terbagi menjadi duabagian, satu berada di bawah, sedangkan satunya lagi berada di atas. Arca – arca di Situs Condrogeni sangat unik dengan bentuk yang mengarah ke arca Megalitik. Arca – arca Condrogeni kemungkinan peninggalan masa Kerajaan Majapahit akhir. Selain arca, dulu di Situs ini terdapat talud (taludbisa diartikan sebuah pasangan batu belahyang berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak longsor), tapi sekarang sepertinya tertutup tanah dan tanaman sehingga tak kelihatan lagi. Selain itu, dulu juga terdapat banyak arca disini, entah sekarang musnah kemana semua arca itu.Situs Condrogeni bagian bawah terdiri dari satu arca dwarapala, dua buah menhir atau tugu batu dan sebuah batu yang bentuknya menyerupai stupa. Arca dwarapala dibawah sini memiliki bentuk gemuk, mulut menyeringai dengan gigi taringnya yang tajam, rambut gimbal nan panjang, dan hidung yang besar. Tangan kanannya memegang pedang polos tanpa ukiran, memakai kalung, gelang serta anting – anting dikedua telinganya. Arca disini dalam posisi jongkok dan memakai kain untuk menutupi daerah kemaluannya (seperti yang dipakai para pesumo).DiSitus Condrogeni bagian atasterdapat sekitar dua buah umpak, sebuah menhir dan sebuah arca dwarapala. Arca dwarapala disini lebih ramping dan tinggi dari arca yang ada dibawah. Arca tersebut memegang pedang berukir yang patah, memakai kain penutup kemaluan, memakai kalung dan memiliki payudara (arca perempuan?). Bagian mata dan hidung arca melesak ke dalam dan tangan kanannya putus.Adanya umpak disini, kemungkinan pernah ada suatu bangunan pendopo. Dengan adanya arca dwarapala di atas dan dibawah, kemungkinan Situs ini merupakan suatu bangunan punden berundak sepertiCandi SukuhmaupunCandi Ceto.Situs Condrogeni, suatu Situs yang tak pernah disangka, berada dibalik hiruk pikuknya wisata Air Terjun Sedudo. Suatu Situs peninggalan purbakala yang layak dijaga dan dilestarikan. Suatu Situs peninggalan purbakala yang bertahan selama ribuan tahun dalam selimut kabut Gunung Wilis yang suci.Dan ternyata kita hanya sering lewat, tanpa pernah melihat situsnya.Bagi yang sudah mondar-mandri ke Air Terjun Sedudo, tentu sekilas pernah melihat plang "Situs Condrogeni" letaknya sekitar 2 km sebelum Air Terjun Sedudo. Menyempatkan mampir ke sana adalah keputusan yang tepat. Walaupun memang, jalan menuju ke sana tidak dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor, kita harus berjalan kaki melewati jalan setapak selama 30 menit. Situs ini memang jarang dikunjungi, sehingga wajar jika kita tidak menemui jejak-jejak vandalismedi sini. Tidak ada coretan aku cinta kau, atau sayawas here. Justru, yang sering berkunjung adalah penikmat wisata mistis atau para pegiat meditasi (pertapaan). Hal itu menambah nuansa magis sekaligus mistis ketika berkunjung ke sana. Bahkan menurut warga, di hari-hari tertentu sering terdengar suara gamelan dari sekitar area situs Condrogeni. Padahal ketika bunyi-bunyian gamelan terdengar, di sekitar lokasi tidak ada orang satupun.